Nggak terasa 7 tahun berlalu sejak aku lulus dari bangku kuliah. Tapi bicara tentang ITB "masa dulu", tentu lebih banyak alumni dan pakar yang sukses dan lebih pantas untuk nulis ulasan di blognya, misalnya... Aburizal Bakrie, mungkin? hahaha... *bad idea, tampaknya beliau terlalu sibuk buat nulis blog
Mungkin angkatanku, 2001, adalah angkatan peralihan, dimana ITB mulai tahun 2002 mulai memberlakukan penerimaan "jalur khusus" yang dikenal luas sebagai jalur orang pintar (dan berduit). Sejak saat itu lapangan-lapangan di ITB yang rimbun mulai dipugar menjadi parkir mobil. Hanya memakan waktu sekitar tiga angkatan, saat aku lulus di 2005, kedua lapangan besar di depan Aula Barat dan Aula Timur sudah disesaki mobil mahasiswa. Lapangan basket yang terkenal sejak jaman dahulu dengan kerimbunannya mulai dibongkar, yang kini menjadi area Student Centre dengan arsitektur barunya yang minimalis dan gersang.
Satu-persatu bangunan kenangan di masaku mulai hilang. Terutama karena aku bertemu suamiku di kampus ini, kenangan kami begitu kuat di setiap sudutnya. FYI, aku berkenalan dengan suamiku secara nggak sengaja dari pesan SMS singkat, yang berlanjut di kopi darat dan langgeng sampai detik ini(sudah 10th berlalu), hihihihi...apalagi kami berasal dari dua dunia yang beda banget, Teknik Mesin dan Desain Grafis,angkatannya juga beda, suamiku 98 dan aku 2001. Orangtua bilang, "Jodoh kan bisa datang darimana aja", totally agree with that statement! :)
Gerbang Depan ITB
Kami biasa ngedate dan janjian di gerbang tengah yang dipenuhi bunga bougenville pink, karena hanya tempat inilah yang paling "adil" dicapai dari dua fakultas kami yang lokasinya sangat berjauhan, ujung dan ujung. Suamiku biasa jalan sore selesai kuliah di Teknik Mesin di ujung Barat, dan aku juga berjalan dari Fakultas Seni Rupa dan Desain di ujung timur. Dengan girang tiap weekend, kami ketemu di gerbang tengah. Syukurlah gerbang ini masih utuh sampai hari ini. Kalau lagi musim banyak angin (menjelang musim hujan sekitar bulan Oktober), siapapun yang lewat area ini pasti terpesona karena daun kuning berguguran, ditambah udara sejuk Bandung.
Kantin Kokesma (Koperasi Kesejahteraan Mahasiswa)
Di akhir bulan, dimana uang saku kami udah mulai seret, kadang kami ngedate di kantin Kokesma. Kantin ini sangat murah meriah buat mahasiswa. Lauk dan nasi boleh ambil sendiri sekenyangnya, dan harganya murah (waktu tahun itu, makan kenyang sendirian di Pizza Hut kira-kira Rp 30.000,-, di kantin ini cukup dengan Rp 6000,-). Arsitekturnya memang kuno, khas ITB dengan pilar batu, di sebelah kantin berderet beberapa markas Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Di kantin ini juga aku pertama kali makan siang dengan (calon) suamiku waktu itu,hehehe... Sayang sekali kantin ini keberadaannya sudah lenyap sekitar tahun 2006 sejak area lapangan basket dipugar besar-besaran. (Sekarang Student Centre)
Lapangan Basket
Waktu itu lapangan basket banyak ditumbuhi pohon tinggi rindang, dengan kursi dari batu yang berundak-undak. Walaupun tampak kuno, tapi suasana disana saat sore hari romantis banget lho! Pertama kali aku melihat lokasi indah ini adalah saat OSKM ITB Juli 2001. Sebuah lapangan besar yang membuat anak yang diospek cukup "ngeri" karena semua senior berkumpul dipinggirnya yang berupa undak-undakan. Aku masih ingat saat-saat menyenangkan nungguin suamiku pulang kuliah sambil duduk di tangga batu ini. Anak senirupa di tingkat pertama sering berkeliaran di area ini untuk mencari objek yang akan digambar, dan biasanya aktivitas kami melukis ini cukup menarik perhatian cowok-cowok dari fakultas lain. (Ya kan suamiku??hayo ngakuuu...hehehe anak senirupa sangat menarik perhatian jurusan lain, karena dianggap misterius dan keren) Sekarang area lapangan basket yang klasik ini udah lenyap, jadi gersang, hikss...
Gedung Serba Guna (GSG)
Lokasinya di belakang, di area Teknik Biologi dan Teknik Industri. Aku jaraaaang sekali kesana, karena lokasinya jauh dari FSRD. Menurut berita terbaru, GSG ini juga akan dihancurkan tahun 2012 ini, diganti bangunan baru. Di jamanku, saat daftar ulang penerimaan mahasiswa baru sudah nggak diadakan di GSG, melainkan di gedung Annex di Balubur. Kalau jaman suamiku, masih di GSG. Gedung ini tempat pertama kali aku melihat (calon) suamiku di acara M-Nite, acara "gaul"nya anak Teknik Mesin. Waktu itu April tahun 2003, anak senirupa angkatanku ada acara di tunnel dekat perpustakaan itb, dan suamiku ada acara M-nite di GSG.
Yah, ITB memang selalu berubah, walaupun banyak tempatnya yang sudah dibongkar dan nggak sama lagi dengan yang dulu, namun kenangan akan beberapa tempat diatas akan tetap ada selamanya di hatiku dan suamiku, seperti ribuan alumni lain yang selalu terkenang akan hari pertama menginjakkan kaki di kampus ini, dan menatap spanduk besar di depan gerbang "Selamat Datang Putra-putri Terbaik Bangsa."
ITB dari udara tahun 1920-an |
Mungkin angkatanku, 2001, adalah angkatan peralihan, dimana ITB mulai tahun 2002 mulai memberlakukan penerimaan "jalur khusus" yang dikenal luas sebagai jalur orang pintar (dan berduit). Sejak saat itu lapangan-lapangan di ITB yang rimbun mulai dipugar menjadi parkir mobil. Hanya memakan waktu sekitar tiga angkatan, saat aku lulus di 2005, kedua lapangan besar di depan Aula Barat dan Aula Timur sudah disesaki mobil mahasiswa. Lapangan basket yang terkenal sejak jaman dahulu dengan kerimbunannya mulai dibongkar, yang kini menjadi area Student Centre dengan arsitektur barunya yang minimalis dan gersang.
Satu-persatu bangunan kenangan di masaku mulai hilang. Terutama karena aku bertemu suamiku di kampus ini, kenangan kami begitu kuat di setiap sudutnya. FYI, aku berkenalan dengan suamiku secara nggak sengaja dari pesan SMS singkat, yang berlanjut di kopi darat dan langgeng sampai detik ini(sudah 10th berlalu), hihihihi...apalagi kami berasal dari dua dunia yang beda banget, Teknik Mesin dan Desain Grafis,angkatannya juga beda, suamiku 98 dan aku 2001. Orangtua bilang, "Jodoh kan bisa datang darimana aja", totally agree with that statement! :)
Gerbang Depan ITB
Kami biasa ngedate dan janjian di gerbang tengah yang dipenuhi bunga bougenville pink, karena hanya tempat inilah yang paling "adil" dicapai dari dua fakultas kami yang lokasinya sangat berjauhan, ujung dan ujung. Suamiku biasa jalan sore selesai kuliah di Teknik Mesin di ujung Barat, dan aku juga berjalan dari Fakultas Seni Rupa dan Desain di ujung timur. Dengan girang tiap weekend, kami ketemu di gerbang tengah. Syukurlah gerbang ini masih utuh sampai hari ini. Kalau lagi musim banyak angin (menjelang musim hujan sekitar bulan Oktober), siapapun yang lewat area ini pasti terpesona karena daun kuning berguguran, ditambah udara sejuk Bandung.
Gerbang Depan ITB dari jaman dulu sampai sekarang |
Kantin Kokesma (Koperasi Kesejahteraan Mahasiswa)
Di akhir bulan, dimana uang saku kami udah mulai seret, kadang kami ngedate di kantin Kokesma. Kantin ini sangat murah meriah buat mahasiswa. Lauk dan nasi boleh ambil sendiri sekenyangnya, dan harganya murah (waktu tahun itu, makan kenyang sendirian di Pizza Hut kira-kira Rp 30.000,-, di kantin ini cukup dengan Rp 6000,-). Arsitekturnya memang kuno, khas ITB dengan pilar batu, di sebelah kantin berderet beberapa markas Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Di kantin ini juga aku pertama kali makan siang dengan (calon) suamiku waktu itu,hehehe... Sayang sekali kantin ini keberadaannya sudah lenyap sekitar tahun 2006 sejak area lapangan basket dipugar besar-besaran. (Sekarang Student Centre)
Lapangan Basket
Waktu itu lapangan basket banyak ditumbuhi pohon tinggi rindang, dengan kursi dari batu yang berundak-undak. Walaupun tampak kuno, tapi suasana disana saat sore hari romantis banget lho! Pertama kali aku melihat lokasi indah ini adalah saat OSKM ITB Juli 2001. Sebuah lapangan besar yang membuat anak yang diospek cukup "ngeri" karena semua senior berkumpul dipinggirnya yang berupa undak-undakan. Aku masih ingat saat-saat menyenangkan nungguin suamiku pulang kuliah sambil duduk di tangga batu ini. Anak senirupa di tingkat pertama sering berkeliaran di area ini untuk mencari objek yang akan digambar, dan biasanya aktivitas kami melukis ini cukup menarik perhatian cowok-cowok dari fakultas lain. (Ya kan suamiku??hayo ngakuuu...hehehe anak senirupa sangat menarik perhatian jurusan lain, karena dianggap misterius dan keren) Sekarang area lapangan basket yang klasik ini udah lenyap, jadi gersang, hikss...
Lapangan klasik jaman 1959 |
Gedung Serba Guna (GSG)
Lokasinya di belakang, di area Teknik Biologi dan Teknik Industri. Aku jaraaaang sekali kesana, karena lokasinya jauh dari FSRD. Menurut berita terbaru, GSG ini juga akan dihancurkan tahun 2012 ini, diganti bangunan baru. Di jamanku, saat daftar ulang penerimaan mahasiswa baru sudah nggak diadakan di GSG, melainkan di gedung Annex di Balubur. Kalau jaman suamiku, masih di GSG. Gedung ini tempat pertama kali aku melihat (calon) suamiku di acara M-Nite, acara "gaul"nya anak Teknik Mesin. Waktu itu April tahun 2003, anak senirupa angkatanku ada acara di tunnel dekat perpustakaan itb, dan suamiku ada acara M-nite di GSG.
Yah, ITB memang selalu berubah, walaupun banyak tempatnya yang sudah dibongkar dan nggak sama lagi dengan yang dulu, namun kenangan akan beberapa tempat diatas akan tetap ada selamanya di hatiku dan suamiku, seperti ribuan alumni lain yang selalu terkenang akan hari pertama menginjakkan kaki di kampus ini, dan menatap spanduk besar di depan gerbang "Selamat Datang Putra-putri Terbaik Bangsa."