Skip to main content

Kedai Tiga Nyonya



Iseng baca review tentang Kedai Tiga Nyonya, jadi kita nyobain aja makan disana... Sebelomnya udah sering lewat depannya tiap pulang ke rumah Jakarta, tapi nggak pernah mampir.

Trus kita mampir malem-malem...krik krik... sepi amat ya... mana rumahnya tu oldies banget, jadi dari luar temaram temaram gitu, hehe serem... pas masuk, makin sereeeem... jadi nuansa temaram remang-remangnya itu bukan bikin romantis, tapi bikin serem, mana kita satu-satunya pengunjung malem itu. Restonya bernuansa campuran antara Jawa, Chinese, dan Eropa.

Aku pesennya nasi goreng khas resto ini, terus pesen juga sup yang isinya bakso (lupa nama menunya), dan sapi lada hitam. Untuk dessertnya aku pilih poffertjes

Agak lama juga sih masaknya, sekitar 20 menit sampai hidangan pertama, padahal restonya lagi sepi. Gimana kalo rame ya... Nggak lama masuk juga pengunjung lain. Ada bule juga. Memang resto ini terkenal karena hidangannya yang Indonesian food banget.

Pas nyicip masakannya, hmmmmmm.... ENAK! :) porsinya gedee banget, terutama sapi lada hitamnya. Range makanannya variatif harganya, antara Rp 25.000-Rp 80.000 per jenis masakannya. Rasanya enak kok semuanya, jadi nggak nyesel setelah makannya walopun mahal tapi perut puas, dan rasa penasaran terobati.

Semua masakan yang dipesen enak, sangat direkomendasikan... tapi mungkin next time klo kesana aku siang aja deh, kalo malem seremmm... foto-fotonya nggak diedit yaa, itu warnanya kuning bgt soalnya lighting di dalem restonya begitu, hihihihi berasa makan pake lampu teplok jaman emak-emak...

KH. Wahid Hasyim No. 73
Jakarta Pusat
DKI Jakarta - Indonesia
PH 1: (021) 316-0971

Popular posts from this blog

Baby Einstein Video

Sejak usia 4 bulan, aku sering puterin video Baby Einstein buat anakku. kenapa aku pilih video ini? 1. Baby Einstein isi materinya menarik, ada jalan cerita pakai fabel binatang. Tokoh binatangnya juga variasinya nggak banyak,jadi gampang diingat sama anakku:) ada pelajaran tentang warna,bentuk,angka,dan yang paling penting, musik!:) 2. Errr...tidak menganjurkan yang bajakan sih krn gampang rusak, tapiii...kalau budget terbatas ya gapapalah beli bajakannya, hahaha prinsip ekonomi banget *malu* 3. Materinya macem2 dan mendidik banget, mulai dari angka, bentuk, warna,melukis, main, menyanyi ada semua,aku kurang tahu 1 set lengkap sebenernya ada berapa dvd, kayaknya sekitar 20 judul deh... 4. Pas muterin video,kitanya bisa istirahat bentar,hueeh kadang namanya mama kan bisa capek juga... Sebaiknya dalam sehari juga nggak sering-sering, sejam cukup:) Actually, aku ngga pernah kasih anakku nonton tv lokal dari dia bayi... menurutku tayangannya nggak ada yang "sehat". Lebih baik ki...

Review tempat main anak BSD

Aduuh udah lamaaa bertahun-tahun nggak buka blogspot lagi, gara-gara INSTAGRAM EFFECT.... bikin males nulis dan nggak produktif. Padahal kalau secara penyimpanan memori, lebih asyik blogspot yang nanti bisa diwariskan ke anak-anak lho... Ceritanya kali ini mau cerita aja tentang area main anak sekitaran BSD walaupun baru 3 tahun tinggal resmi disini. Hari biasa aktivitas aku sama anak-anak udah mayan padat, apalagi sejak ieva masuk SD dan imelda masuk TK, otomatis muternya yaaa sekitaran BSD doang, hehehe.... Eniwey, BSD sekarang macet banget yah. Sejak ada Hall ICE dan AEON, tiap weekend daerah putaran maut ITC-BSD Junction itu pasti muacet pol. Dasarnya gw emak males ngesot jalan-jalan, ini cerita beberapa tempat main anak: 1. Little Jungle, Flavor Bliss, Alam Sutera Harga Tiket 2016: WEEKDAYS  Reguler 40.000,-/anak. VIP 60.000/anak, pendamping 10.000/orang. VIP itu bisa main yangoutbond segala. WEEKEND Reguler 60.000,-/anak. VIP 90.000/anak, pendamping 15.000/orang. ...

ITB, Dulu dan Sekarang

Nggak terasa 7 tahun berlalu sejak aku lulus dari bangku kuliah. Tapi bicara tentang ITB "masa dulu", tentu lebih banyak alumni dan pakar yang sukses dan lebih pantas untuk nulis ulasan di blognya, misalnya... Aburizal Bakrie, mungkin? hahaha... *bad idea, tampaknya beliau terlalu sibuk buat nulis blog ITB dari udara tahun 1920-an Mungkin angkatanku, 2001, adalah angkatan peralihan, dimana ITB mulai tahun 2002 mulai memberlakukan penerimaan "jalur khusus" yang dikenal luas sebagai jalur orang pintar (dan berduit). Sejak saat itu lapangan-lapangan di ITB yang rimbun mulai dipugar menjadi parkir mobil. Hanya memakan waktu sekitar tiga angkatan, saat aku lulus di 2005, kedua lapangan besar di depan Aula Barat dan Aula Timur sudah disesaki mobil mahasiswa. Lapangan basket yang terkenal sejak jaman dahulu dengan kerimbunannya mulai dibongkar, yang kini menjadi area Student Centre dengan arsitektur barunya yang minimalis dan gersang. Satu-persatu bangunan kenanga...