
Kalau pernah nyicipin es krim tempo doeloe Ragusa di Jl. Veteran belakang masjid Istiqlal Jakarta, mungkin pernah lewat di depan restoran ini.
Karena pintu masuknya yang nggak "heboh", Dapur Babah Elite kurang terlihat dari arah jalan. Namun prestasi restoran ini cukup dikenal di blog baik domestik maupun mancanegara, lho. Dibuka sejak 5 Desember 2004 . Katanya menyandang predikat No 1 Best Restaurant in Jakarta versi Tripadvisor's Traveler's Choice 2012 . Masakan dan tema restorannya tentang kaum peranakan di Indonesia, hasil kawin campur berabad-abad lalu. Aku paling penasaran kalo nyobain tempat makan jadoel.

Beberapa penghargaan
Kita nyobainnya malam hari, pertama masuk ruangannya, remang-remang dan gelap. Tapi waitress cepat tanggap, kita diantar ke beberapa ruangannya, cari kursi untuk dua orang (ieva nggak ikut wisata kuliner kali ini, hehehe). Tadinya aku minat cari yang outdoor di area belakang, tapi udara lagi panas banget, akhirnya mutusin buat duduk di dalam aja. Ternyata di Dapur Babah ini beberapa ruangannya diset dengan macem tema, ada yang nuansanya chinese dengan Tao Bar nya, ada yang nuansa kolonial, aku duduk di area kolonial ini, dekat pintu masuk. Jadi hiasan dindingnya ada lukisan kapal VOC, dan logo VOC diukir di batu. Menurutku kereeen tempatnya! Dan karena malam hari, jadi berasa sedikit seremnya... Tapi karena datengnya lagi berdua ama suami, jadinya romantis deh, hihihihi...

suasana pintu masuknya, dari arah dalam

romantic dinner dulu ah ama suami ;)

"..Menoe DAPUR BABAH ini disoesoen oleh Iboe Wedya dari Tugu Hotels Group,
bersoember dari bedienden-bedienden roemah-roemah Babah dari doeloe sampai sekarang.."
Lain kali kalo kesitu lagi mungkin pengen coba menu Indonesianya juga. Pokoknya menunya terlihat menggiurkan semua deh... Oya, jangan malu tanya sama waitressnya tentang isi menu, mereka sangat komunikatif dalam ngejelasin isi makanannya. Untuk minumannya malah kita ditawarin menu yang nggak ada di buku, jadi aku pesan Es Paling Seger (Es Pager), yang katanya dia istimewa rasanya. Sambil nunggu makanan datang, aku keliling lihat-lihat koleksi barang antik yang berjejer banyak disitu.
Minumannya datang dengan cepat, woww emang beneran enak deh es Pagernya, isinya kolang-kaling yang lembut dan manis banget, cincau hijau, kelapa muda, dan sedikit bulir jeruk bali, porsinya juga besar. Kalau suamiku pesan es kelapa muda yang juga enakkkk.... Nggak lama, bistiknya datang. Porsinya lumayan besar, secara penampilan nggak jauh beda dengan bistik/steak di tempat makan lainnya. Untuk rasanya, overallnya enak, cuma menurut kami brown saucenya agak kemanisan, jadi beberapa suapan akhir mulai eneg, hehehe... Kenyang banget walaupun cuma makan satu menu, untung tadi nggak kalap pesan menu2 lainnya. Untuk range harga makanannya sekitar Rp 50.000-Rp 150.000 permenunya, minumannya sekitar Rp 30.000an.
Selesai makan, suamiku yang gantian pengen lihat koleksi yang di sekitar situ. Eh tiba-tiba waitressnya inisiatif mendekat, terus dia mulai ambil beberapa koleksi terbaik mereka. Mbaknya ini baik banget deh. Yang paling aku suka koleksi cangkir yang kalau diterawang ke sinar lampu, nanti keluar gambar siluet wanita di bagian alas cangkirnya. Katanya di seluruh dunia, cuma sedikit kolektor yang punya cangkir jenis ini, kira-kira tahun 1920 diproduksinya di China. Habis itu aku jadi tanya-tanya banyak deh, alhasil mbaknya ngejelasin dengan semangat:) Ternyata pemilik restorannya teman masa kecil Bu Megawati Soekarnoputri, dan dia kolektor benda seni sejati, jadi yang sering makan disitu adalah turis mancanegara dan kedutaan besar. Selain itu, ada beberapa lukisan kuno, alat penggiling kopi manual, toples-toples isi kue kering tempo doeloe. Kalau pengen foto-foto juga dibolehin banget. Kita juga dikasih kesempatan untuk nulis testimonial di buku tamunya yang tebal dan antik banget kayak kitab kehidupan, hahaha...
Aku harus acungin dua jempol untuk restoran ini. Bukan hanya dari makanannya, tapi lebih ke servis mereka terhadap tamu-tamunya. Hebatttt! Sambutan mereka yang ramah justru membuat sepulang dari restoran ini kita nggak cuma kenyang, tapi juga membawa cerita tentang sejarah negeri kita, terutama ya kalo disini temanya lebih ke kaum peranakan kawin campur saat awal terbentuknya Indonesia (orang lokal kawin dengan kaum pendatang). Ini mungkin yang sering dilupakan sama tempat makan bersejarah di Indonesia, yaitu tambahan bumbu berupa selipan cerita sejarah. Waitressnya juga bilang kalau anak muda sekarang kurang berminat dengan wisata sejarah negeri sendiri.
Yang pasti kalaupun di Jakarta banyak resto dengan konsep jadoel seperti ini, aku tetap akan rekomendasikan Dapur Babah Elite!!!!
Dapur Babah Elite